Pada 15 Januari 2020, pukul 09.18 WIB. JOGJA—Kantor Perwakilan (KPw) Bursa Efek Indonesia (BEI) DIY fakultas syariah Prodi Hukum Ekonomi Syari`ah (muamalah) Institut Agama Islam Riyadlatul Mujahidin Ngabar Ponorogo mendukung rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam mendorong pertumbuhan perusahaan efek (PE) daerah.
TINGKAT KENAIKAN EKONOMI INDONESIA TERTINGGI, MAHASISWA HARUS CERDAS
Memasuki MEA, mahasiswa dituntut untuk makin kritis dan cerdas dalam menentukan masa depan. Salah satunya dengan berinvestasi sejak dini dan membuat perencanaan keuangan. Untuk menambah pemahaman mahasiswa tentang hal ini.
Salah satu tips cerdas dalam berinvestasi adalah membidik produk yang jelas akan digunakan oleh semua orang. “Unilever adalah perusahaan yang pasti untung. Coba bayangkan berapa banyak masyarakat Indonesia yang mandi di waktu bersamaan? Walaupun negara kita krisis, rakyatnya pasti tetap mandi,” ujar Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) DIY, Irfan Noor Riza.
Selain itu ditambahkan Irfan, potensi Indonesia sangat besar karena terkena dampak bonus demografi. Pada tahun 2018, tingkat kenaikan ekonomi Indonesia merupakan yang tertinggi. Diperkirankan pada tahun 2020 ini Indonesia akan menjadi salah satu dari 10 negara ekonomi tertinggi. Pada 2030 akan bisa mengalahkan Jerman dan Mexico. Hal ini disebabkan ekonomi Indonesia merupakan yang paling stabil di Indoensia.
“Jika seluruh uang di dunia dikumpulkan, maka setiap orang bisa dapat 24 Milyar. Tapi kenyataannya, bahkan saat ini hanya 0,2% penduduk Indonesia yang menikmati keuntungan Bursa Efek. Padahal bursa efek kita yang paling menguntungkan di dunia dalam 10 tahun terakhir ini,” tambah Irfan. (Lucia Yuriko)
Kepala KPw BEI DIY Irfan Noor Riza mengungkapkan BEI mengatakan PE daerah diluncurkan lantaran OJK melihat masyarakat yang menjadi investor di pasar modal baru sekitar 1% atau kurang dari 1 juta jiwa. Dengan kondisi ini, Indonesia sangat tertinggal dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.